Masih inget kan waktu kecil belajar naik sepeda roda dua? Kalau saya dulu pertama-tama dipegangin dulu jok belakang sepedanya, trus didorong dan dilepas sehingga si sepeda jalan (sendiri) dengan saya diatasnya. Kenapa saya bilang sepeda jalan sendiri, karena sepedanya belum bisa di kontrol, yang ada kita pasrah sampai itu sepeda jatuh karena udah gak seimbang. Waktu belajar sepeda cukup singkat buat saya, 2-3x latihan udah cukup bikin saya lancar naik sepeda roda dua. Itu cerita kelas 3 SD.
Pernah lepas tangan saat naik sepeda? Pernah doonk.. bahkan hampir setiap naik sepeda dulu saya selalu lepas tangan, santai, badan tegak, menghirup udara sore yang (dulu masih) seger karena (dulu masih) banyak pohon dan sawah. Angin sepoi-sepoi, langit sore yang indah banget, nunggu magrib..
*hmphfh..hela nafas sambil lihat keadaan komplek sekarang
Karena sudah bisa naik sepeda maka saya harus bisa naik motor, begitulah kira-kira tekad saya waktu itu. Hitungan jam saya sudah bisa naik motor (naik ya..), belum tau mana gigi, rem, lampu sen, dll saya nekat bawa motor keliling komplek. Hasilnya setir motor bengkok karena jatuh, plus sedikit lecet =D tapi itu setelah 2 jam keliling lho, berani bonceng temen pula he *dilarang keras meniru adegan ini. Bawa motor ke pom bensin tanpa tau letak tangki bensin dimana dan gimana cara bukanya.. berani banget ya kakak kita yang satu ini, hehe.. tapi teman, memang dibutuhkan keberanian untuk memulai dan bisa melakukan sesuatu. Itu cerita kelas 2 SMP.
Pernah lepas tangan saat naik motor? Hmmh, mungkin ada yang pernah tapi saya yakin kebanyakan tidak berani.
Setiap kali mengendarai motor di jalanan komplek yang mulus, saya pasti sering ingat saat-saat bandel dulu suka naik sepeda lepas tangan. Keberanian lepas tangan itu bukan untuk jarak dekat semeter dua meter dengan tangan stand by diatas setang sepeda, tapi benar-benar lepas tangan dan santai mengayuh sepeda. Tiap sore sepedaan udah jadi kewajiban buat saya. Dan sekarang, karena sepedanya udah berubah jadi motor, masih sering timbul keinginan untuk coba mengendarainya lepas tangan. Tapi ternyata keberanian saya gak sebesar itu. Seberani-beraninya, tangan tetap stand by diatas setir, dan gak berani lama-lama, hitungan detik udah grogi.
Dan siang ini, saya mulai lagi..hehe, coba lepas tangan selama mungkin (tetap stand by buat jaga-jaga =))
Tiba-tiba melamun..
Menjalankan bisnis itu ibarat mengendarai kendaraan, sesekali perlu lepas tangan dari setir. Rasakan sensasinya namun tetap fokus mengontrolnya. Dan perhatikan berapa lama kendaraan anda berjalan dengan seimbang tanpa campur tangan anda. Ketika roda mulai goyah, pegang lagi setirnya, kendalikan dan arahkan sesuai dengan tujuan anda.
Kalau sudah mahir bersepeda, Anda dipastikan dengan mudah bisa mengendarai motor. Level kendaraan seperti level perusahaan yang anda kendarai, dari yang kecil yaitu sepeda yang harus tetap dikayuh walaupun sudah mahir lepas tangan, naik ke motor dengan tantangan dan resiko yang lebih berat , dan seterusnya. Tapi itu menandakan Anda telah naik level, bukan? Semakin tinggi level usaha kita, semakin harus hati-hati kita membawanya dan memperhatikan pakem-pakemnya. Mungkin waktu kita “masih bersepeda”, tidak banyak rambu-rambu yang harus dipatuhi. Resiko “ditilang” juga nggak ada. Tapi begitu kita mengendarai “kendaraan yang lebih besar”, rambu-rambu seolah berjejer di depan mata, dan semua harus dipatuhi supaya “tidak ditilang” apalagi “celaka”.
Kembali ke lepas tangan..
Cobalah sesekali melepas bisnis dari campur tangan anda. Perhatikan apakah usaha anda bisa berjalan lancar ketika anda tidak hadir disitu. Atau kehadiran “tangan” anda masih menjadi penentu berjalannya usaha anda. Jika usaha tersebut goyah ketika ditinggal, berarti sistem yang anda terapkan belum bisa menjaga keseimbangan perusahaan. Benahi..
Jika sudah bisa dilepas, berapa lama usaha anda bisa ditinggalkan tangan anda. Semakin lama usaha anda bisa ditinggal, dengan roda yang tetap berjalan, tetap menghasilkan sesuai target usaha anda, berarti semakin seimbang sistem anda. Tapi jangan lupa, pegang kembali setir anda, perhatikan apakah kendaraan anda masih fit untuk dikendarai atau sudah saatnya diservis. Datangi orang-orang yang membantu menjalankan sistem usaha anda, “servis” mereka dengan perhatian dari anda sebagai bentuk terima kasih anda kepada mereka.
Untuk mengecek keberanian anda “melepas-tangankan” usaha anda, silahkan uji nyali lepas tangan dari setir kendaraan anda =) keberanian anda harusnya lebih dari itu kan.
Saya sendiri, ternyata masih harus “stand by di atas setir” dalam menjalankan usaha Jalan-jalan Edukasi yang saya bangun. Level motor, masih “takut jatuh“ kalau dilepas terlalu lama. Satu saat (tekad kuat) saya harus merasakan sensasi lepas tangan “mengendarai motor” seperti dulu saya menikmati lepas tangan saat bersepeda. Itulah tandanya saya siap naik ke “level mobil”, tantangannya pasti lebih berat. Mudah-mudahan ketika sampai di level itu, saya sudah benar-benar lepas tangan. Maksudnya driver yang nganterin kemana-mana =) ya nggak.. kalau udah di level mobil berarti (harusnya) sistem usaha harus sudah berjalan tanpa campur tangan kita. Namun ingat, kunci (kendali) harus tetap di tangan kita ya..
Yang pasti, semua adalah proses. Saya berusaha menikmati setiap proses yang saya lewati..
Sekedar berbagi.
Salam,
Kak Mila